Minggu, 04 November 2012
Cerpen "SAAT KU MEMBUKA MATA"
Lari!!! Aku mengangkat rok tinggi-tinggi dan melaju dengan cepat. Tawa kecil yang ku dengar disela nafas yang terengah-engah mengiringi ku setiap paginya. Kesiangan sudah merupakan kebiasaan bagiku, dan anehnya aku selalu merasa tertantang akan hal itu. Dan merupakan suatu keceriaan tersendiri bagiku karena setiap harinya Rara, sahabatku selalu mengiringi setiap langkahku.
Rara, sudah sangat mengenalku dengan dekat semenjak kami sama-sama menuntut ilmu di Sekolah Menengah Pertama, 4 tahun silam. Kami berdua selalu duduk dibangku yang sama. Bosan memang tapi gadis itu selalu mampu membuatku tak beranjak dari sisinya, selain itu dia pulalah yang selalu mampu memotivasiku untuk giat belajar.
Jujur ku akui, aku tidak ingin waktu yang kulewati di sekolah ini segera usai. Bel pertanda pulang sekolah adalah bunyi yang tak ingin kudengar. Bagaimana pun aku tak ingin kembali kerumah itu. Tempat yang suasananya bagaikan neraka, bising oleh pertengkaran kedua insan yang membuat kepalaku bagai ditimpa ratusan meteor. Sungguh menyiksa batinku.
******
“Coklaaaaaatttt!!!!!”
Ukh..setiapa paginya dikelas ku selalu ribut saat penjual coklat keliling, yang merupakan kakak kelasku menyambangi. Memang hampir semua anak sangat menyukai coklatnya, terutama para siswi,terkecuali aku. Entah mengapa aku tidak pernah tertarik pada coklat, entah karena aku tidak pernah mencobanya atau memang aku tidak suka. Tapi kurasa tak ada yang pernah tahu akan hal itu, toh siapa yang peduli!!
“PLUUUKKK!!!”
Sebuah bungkusan kecil mendarat tepat didepanku. Wajah cengengesan Rara membuat aku yakin kalau dialah yang melemparnya.
“Apa ini??” tanyaku.
“Bukalah..” sahut Rara.
Aku terkejut melihat isi bungkusan tersebut, sekaligus tak bisa menahan tawaku. Rara memberiku coklat!!
“Kado pertama dariku..” serunya lagi.
Benar-benar tak bisa memahamiku, pikirku.
“Gak selamanya seseorang akan memberi hanya sesuatu yang kau suka” ujar Rara yang tiba-tiba sudah duduk disampingku.
“Kamu tahu aku ga suka coklat?” tanyaku
“Tahu lahh..ayo coba..! aku tahu kamu bukannya gak suka coklat,tapi emang gak pernah mau nyoba. Padahal coklat bagus lagi buat bikin mood kamu jadi OK” katanya sambil cengengesan.
Gadis ini lagi-lagi membuatku terharu.
“OK.. Aku coba, untuk yang pertama dan terakhir kali tentunya! Tapi tahun depan aku ingin cake buatan mama kamu yaa..not a chocholate!”
“jangan bilang yang terakhir..ketagihan baru tahu rasa..” cibirnya.
Aku memang gadis yang terkesan cuek dan terkadang amat sangat menyebalkan di mata orang-orang. Tapi Rara tak kelihatan berpikiran seperti itu. Dia teramat bergantung padaku, sudah seperti adikku sendiri. Meskipun usianya 2 bulan lebih tua dariku.
Bel tanda berakhirnya jam sekolah berdenting nyaring. Kulangkahkan dengan enggan kakiku diikuti Rara yang sedari tadi tersenyum-senyum sendiri seolah sedang membayangkan sesuatu.
Gadis itu lalu menceritakan cerpen yang ia buat tempo hari saat pelajaran bahasa Indonesia,bahwa orang yang dicintai si tokoh utama meninggal karena kanker otak. Tragis, gumamku. Gadis ini memang tidak pernah mengarang cerita yang berakhir bahagia, karena tak semua orang mengalami akhir yang bahagia, alasannya.
“Lha terus dimana letak kelucuannya? Harusnya kalau cowoknya meninggal sedih donk bukan ketawa-ketawa!” protesku.
“Aku gak ngetawain ceritanya, Maudy..oh iyaa.. belakangan ini aku sering mimpi aneh lhoo” curhat Rara yang menyimpang dari cerita sebelumnya.
“tentang apa?” tanyaku.
“Aku mimpi ayah datang dengan pakaian amat rapih dan dia membawaku..ya..aku gak yakin itu aku..tapi perawakannya mirip denganku..”
“jangan-jangan kamu mau mati kali Ra..” jawabku sekenanya. Aku memang selalu asal nyeplos kalau bicara. Menyadari kalau dia jadi tegang seusai mendengar ucapanku, aku pun tertawa terbahak-bahak.
“Maudyyyy…..tega banget sih kamu!!!”
“hehe..Peace..”
Seperti biasa sepulang sekolah aku selalu menyempatkan diri menyinggahi rumah sahabatku ini. Entah itu hanya sekedar numpang menghabiskan jajanan yang aku be3li bersamanya atau mengobrol ngalor ngidul. Keluarganya tak pernah risih akan kedatanganku yang hampir tiap waktu. Katanya aku sudah mereka anggap seperti keluarga sendiri. Aku amat nyaman berada ditengah-tengah mereka.
“oia dy..Radith akhir-akhir ini sangat perhatian sama aku..” celetuk Rara setelah tiba dirumahnya.
Aku hanya diam. Seperti biasa aku jarang langsung merespon setiap ucapannya.
“Maudyyy…komentar dooonkk..!!!” sahutnya gemas melihat keacuhan ku..
“Ya terus aku harus komentar apa? Orang kamu baru gerita sedikit.” Timpalku.
“hehe..iya yaa..” Rara lalu melanjutkan ceritanya lagi. Entah kenapa jika dia bercerita aku selalu tertarik untuk mendengarkannya. Seolah ada magnet yang membuat aku tak bisa bilang tidak untuk mendengarkannya. Meskipun jarang sekali aku merespon setiap ucapannya, namun Rara tak pernah bosan mencurahkan isi hatinya. Seperti diary, ya begitulah aku baginya. “ ya gitu, akhirnya aku digosipkan jadian sama dia, padahal aku kan musuhan.” Serunya mengakhiri cerita.
“Inget Ra, Radith udah punya pacar, kamu harus bisa menjaga perasaan pacarnya,jangan sampai kamu suka apalagi jadian sama dia,sebagai wanita yang pernah putus cinta karena orang ketiga kamu juga pasti dapat merasakan sakitnya dikhianati..” seruku panjang lebar.
Rara hanya bengong.
“mendingan tetap jadikan dia sainganmu dibidang pelajaran, siapa tahu dia mendekatimu hanya untuk memanfaatkan kelemahan hati kamu untuk menjatuhkan nilai-nilai kamu” lanjutku.
Kini Rara berkaca-kaca.
“jangan nangis donk Ra,aku minta maaf. Aku Cuma gak mau kamu terjerumus oleh pria seperti dia.” Aku jadi serba salah.
“koq aku cengeng yaa..hehehe..aku Cuma terharu aja sama kata-kata kamu. Nyadar gak sih..ini nasehat terpanjang dari kamu.” Jawabnya tiba-tiba.
“ikhh..lebayy lu Ra..” kami pun tertawa lagi.
******
Dentingan jam terdengar begitu jelas. Malam sudah semakin larut. Aku masih terjaga dan tak henti-hentinya memenjatkan doa dan harapan di detik-detik berakhirnya hari ulang tahunku.
Wanita yang kupanggil ibu itu Nampak lelah dan sangat menikmati waktu istirahatnya. Seharian dia membantu ayah mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga kami. Sangat singkat waktu yang kuhabiskan bersamanya. Hanya diruang pengap inilah kami bertemu. Senang rasanya bisa berbaring disampingnya saat ia terlelap. Tak ada lagi raut wajah yang penuh emosi dan suara nyaringnya yang menyakitkan. Perlakuan kerasnya kadang membuatku berfikir kenapa aku harus keluar dari rahimnya.
Malam itu aku sulit sekali terlelap, firasatku tak karuan. Sebelum tidur kusempatkan membuka akun facebook ku untuk sekedar update status seperti biasanya.
“ SETIA :*
SETIA PADA TUHAN DAN KEKASIH :*”
******
Sekolaaaahhhh I’m comiiiing…!!!
Dengan langkah yang terasa ringan aku menuju ujung gang rumah Rara. Aku biasa menunggunya disana bahkan kadang dia sudah stanby menungguku disana. Akhirnya Rara muncul juga. Ia Nampak menangis matanya sembab, tak seperti biasanya.
“Kenapa Ra?” tanyaku.
Dia hanya diam. Tak merespon pertanyaanku..hmmm..ya sudahlah biarkan dia tenang dulu..lalu kami pun menaiki angkot seperti biasanya. Lagu “SEMUA TENTANG KITA dari PETERPAN” mengalun menyayat hati. Rara semakin menjadi. Semua penumpang memperhatikannya.
“Ra, malu ikh diliatan!” seruku.
Dia acuh..hmmm…kenapa sih ni anak..pikirku..masa bodoh lah..
Didepan kelas Nampak ricuh. Teman-temanku menyambut kedatanganku. Mmm..kedatangan Rara kali yaaa…heyyy..mereka menangis juga..”What happen???” teriakku..
Dan parahnya aku kembali tak dihiraukan..
Kini mereka berbondong-bondong keluar gerbang.
“emang ga belajar yaa..? kok pada pulang sihh??”
Mereka tetap diam.
“lho..ini kan jalan menuju rumah nenek…tempak kelahiranku..”pikirku
Banyak orang disana. Temasuk cowok tegap hitam manis,kekasihku.dia menangis juga..
“heyyy…ada apa sih???” aku penasaran.
Dengan segera aku melangkahkan kaki memasuki rumah. Sontak aku terkejut! Jiwaku seakan tercekik lemas,wajah pucat terbalut kafan itu,sosok yang terbujur kaku itu!! Itu aku???!!
***TAMAT***
Di Dedikasikan Teruntuk Sahabatku
Alm. Ade Fauziah
Memperingati 40 Hari Kepergiannya
28 Mei 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar